DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Sasaran dan tujuan
1.3 Sistematika bahasan
1.1 Latar belakang
1.2 Sasaran dan tujuan
1.3 Sistematika bahasan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan kekurangan gizi
2.2 Penyebab-penyebab kekurangan gizi 2.3
2.2 Penyebab-penyebab kekurangan gizi 2.3
A. Mineral
B. Klasifikasi Mineral
C. Jenis Mineral Mikro dan Gangguannya
D. Proses Metabolisme Mineral Mikro
E. Peran Mineral Mikro Esensial Dalam Tubuh
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Masalah kurang gizi
memang sudah banyak terjadi di beberapa Negara berkembang termasuk di Indonesia.
Melihat sumber dana yang terbatas yang tersedia pada Negara-negara berkembang
dan menumpuknya kebutuhan yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan. Masalah
kurang gizi juga telah dinyatakan sebagai masalah utama kesehatan dunia dan
berkaitan dengan lebih banyak kematian dan penyakit yang disebabkan oleh
masalah kurang gizi tersebut.walaupun.telah banyak dilakukan penyuluhan tentang
masalah kurang gizi namun masih banyak masyarakat yang mengalami masalah
masalah gizi.Dalam gizi kurang menggambarkan kurangnya makanan yang dibutuhkan
untuk memenuhi standar gizi.
Menurut Alan Berg,
1986. Gizi yang kurang mengakibatkan terpengaruhnya perkembangan mental,
perkembangan jasmani, dan produktifitas manusia karena semua itu mempengaruhi
potensi ekonomi manusia. Keadaan gizi dapat dikelompokkan menjadi
tiga tingkat, yaitu keadaan gizi lebih, keadaan gizi baik, dan keadaan gizi
kurang.Keadaan gizi lebih terjadi apabila gizi yang dibutuhkan melebihi
standart kebutuhan gizi. Gizi baik akan dicapai dengan memberi makanan yang
seimbang dengan tubuh menurut kebutuhan. Sedang gizi kurang menggambarkan
kurangnya makanan yang dibutuhkan untuk memenuhi standar gizi.
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat
menentukan tercapainya tingkat kesehatan atau sering disebut status
gizi.Apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan gizi optimum dimana jaringan
jenuh oleh semua zat gizi maka disebut status gizi optimum.Dalam kondisi
demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang
setinggi-tingginya.
Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang
tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan akibat gizi
(malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan nutrisi / gizi disebut gizi
lebih (overnutrition) dan kekurangan gizi atau gizi kurang (undernutrition).
Penyakit kurang gizi kebanyakan ditemui pada
masyarakat golongan rentan terutama pada anak-anak yaitu golongan yang mudah
sekali mengalami penyakit akibat kekurangan gizi dan kekurangan zat makanan
(deficiency) misalnya kwarsiorkor, busung lapar, marasmus, beri-beri, dan
lain-lain.
BAB II
KAJIAN TEORI
1.2 Pembahasan Kekurangan Gizi
Kurang gizi menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental, mengurangi tingkat
kecerdasan, kreatifitas dan produktifitas penduduk. Timbulnya krisis
ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan penurunan kegiatan produksi
yang drastis akibatnya lapangan kerja berkurang dan pendapatan perkapita turun.
Hal ini jelas berdampak terhadap status gizi dan kesehatan masyarakat karena
tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan dan timbulnya berbagai penyakit
menular akibat lingkungan hidup yang tidak sehat.
Penyakit-penyakit
kekurangan gizi yang paling rentan adalah kelompok bayi dan anak balita.Oleh
sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat
adalah melalui status gizi balita (bayi dan anak balita).Selama ini telah
banyak dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut dan masing-masing
ahli mempunyai argumentasi sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut.
(Anonymous,2008)

1) Berat Badan Per Umur
· Gizi baik adalah apabila berat badan bayi /
anak menurut umurnya lebih dari 89% standar Harvard.
· Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi /
anak menurut umur berada diantara 60,1-80 % standar Harvard.
· Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi /
anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standar Harvard.
2) Tinggi Badan Menurut Umur
Pengukuran status gizi bayi dan anak balita
berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga menggunakan modifikasi standar
Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut :
· Gizi baik yakni apabila panjang / tinggi
badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 80% standar Harvard.
· Gizi kurang, apabila panjang / tinggi badan
bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-80 % dari standar Harvard.
· Gizi buruk, apabila panjang / tinggi badan
bayi / anak menurut umurnya kurang dari 70% standar Harvard.
3) Berat Badan Menurut Tinggi
Pengukuran berat badan menurut tinggi badan
itu diperoleh dengan mengkombinasikan berat badan dan tinggi badan per umur
menurut standar Harvard juga. Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
· Gizi baik, apabila berat badan bayi / anak menurut
panjang / tingginya lebih dari 90% dari standar Harvard.
· Gizi kurang, bila berat bayi / anak menurut
panjang / tingginya berada diantara 70,1-90 % dari standar Harvard.
· Gizi buruk apabila berat bayi / anak menurut
panjang / tingginya 70% atau kurang dari standar Harvard.
4) Lingkar Lengan Atas (LLA) Menurut Umur
Klasifikasi pengukuran status gizi bayi /
anak berdasarkan lingkar lengan atas yang sering dipergunakan adalah mengacu
kepada standar Wolanski. Klasifikasinya sebagai berikut :
· Gizi baik apabila LLA bayi / anak menurut
umurnya lebih dari 85% standar Wolanski.
· Gizi kurang apabila LLA bayi / anak menurut
umurnya berada diantara 70,1-85 % standar Wolanski.
· Gizi buruk apabila LLA bayi / anak menurut
umurnya 70% atau kurang dari standar Wolanski.
1.3
Penyebab-penyebab Kekurangan Gizi di Indonesia
Secara
umum, masalah kurang gizi disebabkan oleh banyak faktor. Banyak ahli yang
mengungkapkan pendapatnya terkait hal tersebut di antaranya faktor menurut Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI), yaitu keluarga miskin, ketidaktahuan orang
tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak, dan faktor penyakit bawaan pada
anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan, dan diare.
Begitu
pula pada tahun 1988, UNICEF telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai
salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Menurut UNICEF,
ada 2 faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan gizi, yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung. Adapun penyebab langsung dapat disebabkan oleh
asupan makanan dan infeksi penyakit sedangkan penyebab tidak langsung dapat
disebabkan oleh pola asuh anak, ketersediaan pangan, dan layanan
kesehatan/sanitasi.Sedangkan di Indonesia sendiri, ada dua faktor utama
penyebab kasus kekurangan gizi yang menyerang sejumlah warga Indonesia, yaitu
faktor ekonomi (kemiskinan warga) dan tingkat pendidikan yang rendah.
1.4 Penyakit-penyakit
Akibat Kekurangan Gizi di Indonesia
Jenis
penyakit kekurangan gizi yang sering menimpa penduduk di Indonesia, terutama
balita adalah sebagai berikut.
a) Gangguan
gizi akibat Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Hasil
penelitian di berbagai tempat dan di banyak negara menunjukkan bahwa penyakit
gangguan gizi yang paling banyak ditemukan adalah gangguan gizi akibat
kekurangan energi dan protein (KEP).Dalam bahasa Inggris, penyakit ini disebut
Protein Calorie Malnutrition atau disingkat PCM. Ada juga ahli yang menyebutnya
sebagai Enery Protein Malnutrition atau EPM, namun artinya sama.

1)
Kwarshiorkhor (yang disebabkan karena kekurangan kalori dan
protein) usia 6 bulan sampai 4 tahun..

Dalam mengatasi
kwashiorkor ini secara klinis adalah dengan memberikan makanan bergizi secara
bertahap.Contohnya : Bila bayi menderita kwashiorkor, maka bayi tersebut diberi
susu yang diencerkan. Secara bertahap keenceran susu dikurangi, sehingga suatu
saat mencapai konsistensi yang normal seperti susu biasa kembali.
2)
Marasmus
Marasmus adalah berasal dari kata Yunani yang
berarti kurus-kering.Sebaliknya walau asupan protein sangat kurang, tetapi si
anak masih menerima asupan hidrat arang (misalnya nasi ataupun sumber energi
lainnya).Marasmus disebabkan karena kurang kalori yang berlebihan, sehingga
membuat cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh terpaksa dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup.
Penderita marasmus yaitu Penderita
kwashiorkor yang mengalami kekurangan protein, namun dalam batas tertentu ia
masih menerima “zat gizi sumber energi” (sumber kalori) seperti nasi, jagung,
singkong, dan lain-lain. Apabila baik zat pembentuk tubuh (protein) maupun zat
gizi sumber energi kedua-duanya kurang, maka gejala yang terjadi adalah
timbulnya penyakit KEP lain yang disebut marasmus.

· Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
bahkan sampai berat badan dibawah waktu lahir.
· Wajahnya seperti orang tua dan Kulit keriput,
· pantat kosong, paha kosong, dan tangan kurus
dan iga nampak jelas.
Gejala
marasmus adalah seperti gejala kurang gizi pada umumnya (seperti lemah lesu,
apatis, cengeng, dan lain-lain), tetapi karena semua zat gizi dalam keadaan
kekurangan, maka anak tersebut menjadi kurus-kering.
3)
Busung lapar
Busung
lapar atau bengkak lapar dikenal jiga dengan istilah Honger Oedeem (HO).Adalah
kwarshiorkor pada orang dewasa.Busung lapar disebabkan karena kekurangan
makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara berturut-turut.Pada
busung lapar terjadi penimbunan cairan dirongga perut yang menyebabkan perut
menjadi busung (oleh karenanya disebut busung lapar).

·
Kulit
menjadi kusam dan mudah terkelupas
·
Badan
kurus
·
Rambut
menjadi merah kusam dan mudah dicabut
·
Sekitar
mata bengkak dan apatis
·
Anak
menjadi lebih sering menderita bermacam penyakit dan lain-lain.
b)
Gangguan Gizi akibat Kekurangan Vitamin A
(KVA)
Vitamin A
diperlukan untuk penglihatan.Vitamin tersebut merupakan bagian penting dari
penerima cahaya dalam mata.Selain itu vitamin A juga diperlukan untuk
mempertahankan jaringan ari dalam keadaan sehat.Kulit, pinggiran dan penutup
berbagai bagian tubuh, seperti kelopak mata, mata, hidung, mulut, paru-paru,
dan tempat pencernaan, ke semuanya dikenal sebagai jaringan ari.Vitamin A juga
mempunyai beberapa fungsi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan.Kekurangan vitamin A pertumbuhan menjadi terhambat dan rangka
tubuh berhenti tumbuh.

c) Gangguan Gizi akibat Kekurangan Besi (Anemia gizi)
Zat besi adalah
mineral mikro yang mempunyai peran penting untuk menjaga kesehatan
tubuh.Mineral tersebut terdapat dalam darah dan semua sel tubuh.Zat besi dalam
darah merah berada sebagai bagian dari hemoglobin dan pigmen sel merah.mineral
tersebut bertindak sebagai pembawa oksigen dan karbondioksida.Jika tidak
terdapat cukup zat besi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah berkurang dan keadaan tidak sehat timbul yang dikenal
sebagai anemia gizi. Rendahnya kadar hemoglobin dalam darah dilihat apabila
bagian kelopak mata penderita terlihat berwarna pucat.
d) Gangguan Gizi akibat Kekurangan Iodium
Kekurangan
iodium akan mengakibatkan membesarnya kelenjar gondok. karena itu, penyakit
yang timbul akibat kekurangan iodium disebut penyakit gondok. Karena penyakit
pembesaran kelenjar gondok ini ditemukan di daerah-daerah tertentu untuk jangka
waktu yang lama, maka disebut penyakit gondok endemik.Di daerah penyakit gondok
endemik, pembesaran kelenjar gondok dapat terjadi pada semua umur, bahkan
seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang juga
menderita kekurangan iodium dan jika tidak diobati maka pada usia satu tahun
sudah akan terjadi pembesaran kelenjar gondoknya.
Kejadian pembesaran kelenjar gondok
terbanyak ditemukan pada usia antara 9 sampai 13 tahun pada anak laki-laki dan
antara usia 12 sampai 18 tahun pada anak perempuan. Pada usia dewasa jarang
sekali terjadi pembesaran kelenjar gondok kecuali pada wanita yang sering
ditemukan pembesaran kelenjar gondoknya baru timbul setelah usia 19 atau 20
tahun. Setelah mencapai usia puber, kelenjar gondok yang timbul pada usia
kanak-kanak itu cepat sekali membesar dan dapat berubah menjadi bentuk nodula.
Akan tetapi yang mengkhawatirkan adalah kemungkinan terjadinya manusia kerdil
atau kretinisme di samping gangguan perkembangan otak yang membawa akibat
gangguan mental.Terjadinya kekurangan iodium terutama akibat rendahnya kadar
iodium dalam tanah sehingga air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di daerah itu
juga rendah kadar iodiumnya. Di samping itu beberapa jenis makanan mengandung
zat yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar gondok dan disebut
zat goiterogen.Zat tersebut ditemukan dalam sayuran dari jenis Brassica seperti
kubis, lobak, kol kembang.Juga zat tersebut ditemukan dalam kacang kedelai,
kacang tanah dan obat-obatan tertentu.Zat goiterogen tersebut dapat menghalangi
pengambilan iodium oleh kelenjar gondok sehingga konsentrasi iodium dalam
kelenjar gondok sangat rendah.Selain itu zat tersebut juga dapat menghambat
perubahan iodium dari bentuk anorganik menjadi bentuk organik sehingga
menghambat pembentukan hormon tiroksin.
1.5 Penanggulangan Masalah Kekurangan Gizi di
Indonesia
Sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya bahwa semakin meningkatnya jumlah penduduk akan
menimbulkan masalah baru dalam berbagai bidang kehidupan dan lingkungan.
Celakanya, jumlah kepadatan penduduk yang tinggi justru terjadi di masyarakat
dengan tingkat ekonomi rendah dan di negara-negara miskin. Akibatnya, akan
terjadi kesenjangan sehingga dapat menimbulkan kekurangan gizi di kalangan
masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah dan di negara-negara miskin tersebut.

1. Menekan laju pertumbuhan penduduk dengan
cara:
§ menggalakkan program Keluarga Berencana (KB)
§ menunda usia kawin dengan tidak menikah pada
usia muda
§ meningkatkan taraf pendidikan
§ mengefektifkan tenaga kerja wanita
2. Meningkatkan produksi pangan dengan cara:
§ memperbaiki mutu lahan
§ mengefektifkan budidaya pertanian seperti
dengan penggunaan pupuk dan memilih bibit
§ menciptakan pola pertania yang lebih efisien
dan produktif, misalnya pola tumpang sari dan hidroponik
3. Meningkatkan taraf pendidikan dengan cara:
§ mengadakan wajib belajar pada anak usia
sekolah
§ meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan
4.
Pemanfaatan sumber daya alam sesuai kebutuhan dengan upaya pemulihannya
5.
Mencari sumber makanan baru
6.
Meratakan persebaran penduduk
7.
Mengurangi jumlah pengangguran
dengan cara:
§
menyediakan lapangan kerja
§
membudayakan alih teknologi tepat guna
§
menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan
8.
Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara mencegah pencemaran
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
- Arisman.
2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
- Fajar, Ibnu, dkk. 2001.
Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
- Santoso, Soegeng, Ranti, Anne
Lies. 2004. Kesehatan
dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.
- www.dinkes-dki.go.id
5. (Sumber: Bahan Seminar Akhir Studi
Faktor-faktor Penyebab Kekurangan Gizi Anak di Kota Kendari, Bappeda dan PM
Kota Kendari, 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar